Dokter Keluarga dan Teknologi Informasi

3 06 2008

Dalam upaya mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu saat ini, mimpi buruk para dokter dan penyelenggara pelayanan kesehatan adalah kerumitan dalam proses klaim medik, data klinis dan lain informasi administratif; dan, melekatnya tekanan publik, pemilik institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah dalam mengontrol biaya pelayanan. Upaya tanpa henti dilakukan dalam mencari solusi:

  • Solusi untuk mengontrol dan menekan biaya dalam memproses informasi pelayanan
  • Solusi untuk akses informasi tepat waktu dan akurat dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang cost-effective dan bermutu.

Tujuan utama penyelenggaraan pelayanan kesehatan terpadu maupun komunitas:

  • bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan berkesinambungan yang berfokus pada pasien dan mutu pelayanan.
  • mengurangi terjadinya duplikasi penggunaan sumberdaya diagnosa dan tindakan pengobatan.
  • menyederhanakan sistem untuk memudahkan akses pasien terhadap pelayanan.
  • menciptakan penyelenggaraan pelayanan pasien dan kesinambungan pelayanan

Terlibatnya berbagai pihak seperti Pemerintah, Swasta dan individu dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan mengakibatkan terjadinya fragmentasi dalam informasi pelayanan. Masing-masing telah “doing their piece.”, sehingga sering kesadaran dalam berkordinasi, bahkan meskipun sebenarnya telah ada sanksi bagi ketidak patuhan dalam sistim pelaporan.

Sebagai contoh, di USA; dalam sistim kesehatan yang berlaku, seorang dokter dapat saja menulis resep yang dianggap cost-effective, tetapi tidak pernah mengetahui apakah pasien memenuhi anjuran resep dan bahkan apakah menukarkan resep dengan sebenarnya. Hal ini disebabkan jarangnya komunikasi balik dengan Farmasi. Kondisi ini diperburuk dengan adanya di sekitar 1500 provider terpisah di USA dengan masing-masing memiliki aturan dan regulasi sendiri ( Bond, 1998 )

Dalam penyelenggaraan sistim pelayanan kesehatan terpadu maupun komunitas, manajemen informasi handal yang puluhan tahun yang lalu masih merupakan visi; sekarang merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan untuk terlibat.

Information tehcnoligies (IT) berperan penting dalam penyenggaraan pelayanan kesehatan dengan cara:

  • IT mengintegrasikan beberapa individu maupun organisasi untuk menyatukan presepsi dalam pelayanan publik,
  • IT memungkinkan terbentuknya forum bagi para profesional kesehetan untuk berbagi informasi klinik dengan interaksi yang cepat dan akurat
  • IT memungkinkan tranfortasi informasi antara penyelenggara pelayanan kesehatan, asuransi, dan petugas pelayanan
  • Dengan berbagi informasi suatu sistem IT yang handal dapat menurunkan biaya administrasi 23 – 29 %
  • memusatkan informasi klinik dari berbagai inddividu maupun organisasi pelayanan kesehatan, informasi klinis dpt dianalisa untuk kesinambungan kebijakan pelayanan kesehatan ( Foerster,1993 )

Suatu jaringan informasi pelayanan kesehatan yg handal dpt memproses

  • benefit, otorisasi, pembayaran, registrasi, dan detail perawatan oleh dokter maupun rumah sakit.
  • Otorisasi rujukan, benefit, pembayaran, medical history medik, dan perintah pelayanan oleh dokter
  • Data untuk para peneliti
  • Data perawatan, persetujuan perawatan, dan otorisasi pembayarab oleh pihak pembayar.
  • Data klaim, otorisasi pembayaran
  • Data petugas, statistik penggunaan sumberdaya dan informasi petugas pelayanan

Dokter Keluarga

Kolese Dokter Keluarga Indonesia atau KDKI sebagai suatu perkumpulan dokter seminat yang bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia. Bertujuan antara lain mengembangkan ide dan konsep dokter keluarga. Dokter keluarga adalah dokter yang menjalankan praktek menurut konsep dokter keluarga; melayani pasien pada kontak pertama secara konprehensif, terpadu dan berkesinambungan.

Dokter keluarga bertanggungjawab melaksanakan pelayanan kesehatan personal, terpadu, berkesinambungan, dan proaktif yang dibutuhkan oleh pasiennya dalam kaitan sebagai anggota dari satu unit keluarga, serta komunitas tempat pasien itu berada dengan sifat pelayanannya meliputi peningkatan derajat kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), kuratif, dan rehabilitatif. Dokter keluarga juga bertindak sebagai perencana konsultasi atau rujukan yang diperlukan pasiennya.

Dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan yang semakin tidak sederhana itu, dan melayani keluarga dari berbagai kemampuan ekonomi dan tingkat pendidikan yang bervariasi luas; dokter keluarga menghadapi masalah proses administratif yang dituntut tanggungjawab profesinya dan keluarga yang dilayani. Tugas dokter keluarga nantinya semakin kompleks dengan keterlibatan perusahaan penyandang dana dari berbagai perusahaan asuransi dan JPKM/Jamkessos.

Implementasi

Kolese Dokter Keluarga Indonesia (KDKI), yang menganjurkan para anggotanya untuk teliti dalam administrasi pelayanan dan giat dalam penelitian; diharapkan dapat menerapkan sistim informasi database yang wide coverage (WAN=Wide Acces Network). Sebagai uji coba, KDKI dapat menerapkan teknologi informasi dibeberapa propinsi yang Cabang IDI-nya telah lebih maju pengorganisasiannya dan telah banyak memiliki para anggota yang telah mampu memahami:

<!–[if !supportLists]–>1. <!–[endif]–>Konsep dasar IT

<!–[if !supportLists]–>2. <!–[endif]–>Menggunakan komputer dan manajemen file

<!–[if !supportLists]–>3. <!–[endif]–>Word Processing

<!–[if !supportLists]–>4. <!–[endif]–>Spreadsheets

<!–[if !supportLists]–>5. <!–[endif]–>Databases

<!–[if !supportLists]–>6. <!–[endif]–>Presentations

<!–[if !supportLists]–>7. <!–[endif]–>Information & Communication

Dalam penerapannya KDKI dapat memonitor kegiatan pelayanan yang dilaksanakan para anggotanya (dokter keluarga) seperti tampak pada gambar:-1, meskipun pada beberapa kenyataan, hubungan keterkaitan tidaklah sesederhana itu.

KDKI Network

<!–[if gte vml 1]&gt; &lt;![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–><!–[if gte mso 9]&gt; &lt;![endif]–>

Sistim Informasi Pelayanan Dokter Keluarga

Perancangan suatu database sistem harus mengakomodir segela aspek pelayanan yang dilaksanakan oleh dokter keluarga mencakup dari aspek dan kebutuhan informasi yang dituntut sistem pelayanan berupa pencatatan pelaporan (Lampiran).

Karena luasnya cakupan dan banyaknya anggota KDKI maka sistem informasi harus mampu membuat data yang sangat besar, cepat, akurat dan stabil. Karena sistem adalah berbasis website maka tingkat keamanan juga harus dapat dijamin tidak mudah diacses oleh yang tidak berkepentingan

Kesimpulan

Industri pelayanan kesehatan mengandung banyak masalah dan tantangan, suatu penata laksanaan informasi pelayanan merupakan kunci diperolehnya sistem pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dengan biaya yang ideal

Dalam menyelenggarakan suatu jaringan informasi kesehatan, terutama bila melibatkan jaringan yang lebih luas melalu internet (medical record on the internet) banyak hal harus dipertimbangkan terutama mmenyangkut sifat kerahasiaannya oleh kerena itu harus ditetapkan secara nyata wewenang akses terhadap intoformasi maupun teknologi yang handal untuk tidak gampang dibobol ( Detmer & Avorn, 1998 )

 

Kepustakaan

 

Bond, C. S. 1993. Health Information Reform: Reducing Administrative Waste and Improving the Quality of Patient Care. Senator Christopher S. Bond in SMS Statement in Support of the Health Care Information Improvement Act of 1993

Detmer, D & Avorn, J. 1998. A roundtable discussion featuring: Protecting the Confidentiality of Health Infonnation. National Health care Forum, Issue Brief No. 724. Friday, September 18, 1998. Washington, DC

Foerster. R. 1993. Creating A Hospital-Wide Information Infrastructure for the Changing Healthcare Environment. Principal Rachel Foerster & Associates, Ltd, September 9, 1993, Princeton, New Jersey